Apa Itu Festival Galungan dan Kuningan? Ini Penjelasannya!

Festival Galungan dan Kuningan adalah sebuah upacara yang dilakukan setiap 210 hari oleh masyarakat Bali. Keduanya memiliki makna dan tujuan yang berbeda meskipun saling berdampingan. Ingin tahu apa perbedaan keduanya dan apa saja rangkaian yang ada di dalamnya? Pastikan untuk membaca artikel ini sampai akhir.

Makna Festival Galungan

Mari kita bahas mulai dari Galungan. Ini adalah sebuah festival yang ditujukan sebagai simbolisasi atas kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan). Melalui penghaturan doa dan syukur kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa setiap tanggal Budha Kliwon wuku Dunggulan masyarakat Bali akan berbondong-bondong untuk merayakan Galungan.

Hal ini juga disebut dalam Lontar Sunarigama sebagai “Budha Kliwon Dungulan Ngaran Galungan  patitis ikang janyana samadhi. galang padang maryakena sarwa byapaning idep” yang jika kita maknai akan berbunyi “Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan, arahkan bersatunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan pikiran. Sehingga dapat dikatakan bahwa festival Galungan ada untuk menguatkan rohani umat Hindu Bali dan membuat cara pandang dan pikiran menjadi lebih tenang dan tentram.

Makna Festival Kuningan

Jika sebelumnya Galungan lebih fokus pada kebutuhan rohani, maka akan berbeda dengan Kuningan  atau Tumpek Kuningan yang memiliki tujuan untuk permohonanan keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan lahir batin kepada para Dewa, Bhatara, dan para Pitara. 

Berbeda dengan Galungan yang dimulai pada hari pertama, Kuningan akan dilakukan pada 10 hari setelahnya yakni pada hari Saniscara Kliwon wuku Kuningan. Pada hari tersebut, masyarakat Bali yakin bahwa para Dewa, Bhatara, dan Pitara turun ke bumi hanya setengah hari saja. Maka dari itu mereka melakukan persembahyangan dalam kurun waktu tersebut. 

See also  Mengenal Perang Pandan Tradisi Ekstrem Bali yang Menarik Banyak Wisatawan

Tentu dalam prosesi peribadatan ini, masyarakat Bali harus mempersiapkan banyak perlengkapan dan sesaji yang dibutuhkan seperti tebog, canang meraka, pasucian, canang burat wangi, dan masih banyak lagi yang harus dipersiapkan. Meski demikian, festival ini tetap dinantikan oleh masyarakat Hindu Bali dan rutin dilakukan setiap 6 bulan sekali bersamaan dengan Galungan.

Hari Raya Galungan dan Kuningan
pixabay/ignartonosbg

Rangkaian Festival Galungan dan Kuningan

Meski nampak seperti dua festival sederhana, nyatanya banyak rangkaian kegiatan yang dilakukan selama periode perayaan Galungan dan Kuningan berlangsung, berikut adalah sedikit penjelasannya:

  • Tumpek Wariga, yaitu pemujaan terhadap Sang Hyang Sangkara (Dewa Kemakmuran dan Keselamatan tumbuhan). Ritual ini biasa dilakukan 25 hari sebelum perayaan Galungan, di mana masyarakat menghaturkan sesaji yang berupa bubur berwarna sebelum dilanjut dengan penyiraman tumbuhan menggunakan air suci yang telah dimohonkan dari pura.
  • Sugihan Jawa, yaitu prosesi penyucian Bhuana Agung atau segala hal negatif dari alam semesta. Maka dari itu, masyarakat akan melakukan Upacara Ngerebon untuk menetralisir hal-hal yang tidak diinginkan. 
  • Sugihan Bali, yaitu ritual penyucian Bhuana Alit atau diri sendiri (jiwa dan raga). Biasanya dilakukan setiap hari Jumat Kliwon wuku Sungsang dengan melakukan mandi dan memohon Tirta Gocara kepada Sulinggih.
  • Hari Penyekeban, di mana masyarakat yang merayakan Galungan dan Kuningan harus menahan diri dari segala hal yang dilarang oleh agama atau biasa disebut dengan “Nyekeb Indriya”.
  • Hari Penyajian, dilakukan setiap Senin Pon wuku Dungulan, pada masa ini adalah waktu di mana untuk memantapkan diri sebelum Galungan tiba. Masyarakat percaya jika pada hari ini akan banyak godaan untuk menguji ketaatan umat Hindu oleh Sang Bhuta Dungulan.
  • Hari Penampahan, biasa dilakukan pada hari Selasa Wage wuku Dungulan atau sehari sebelum Galungan dilaksanakan. Pada hari ini umat Hindu Bali akan mulai membuat dan memasang penjor (bambu melengkung dengan banyak hiasan) sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. 
See also  Tuai Kontroversi, Ini Sejarah Sound Horeg dan Alasannya Dilarang

Melihat kayanya adat istiadat bahkan hanya dalam satu tradisi, tidak mengherankan jika Bali menjadi salah satu tempat tujuan wisata budaya yang paling populer di dunia, tentu di samping wisata alam maupun jenis wisatanya yang memang sangat spektakuler seperti paragliding dan jet ski contohnya.

Begitu pula dengan festival Galungan dan Kuningan,  sebagai salah satu tradisi yang ikonik di Bali tentu juga menarik banyak minat wisatawan untuk mengabadikan momennya. Tak heran penginapan seperti guest house selalu ramai jika mendekati perayaannya ini. Jadi, pastikan untuk mempersiapkan segala akomodasinya dari jauh hari jika Anda ingin mendapatkan momen ini dengan nyaman tanpa hambatan. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *